Gelar Kebangsawanan Kesultanan Kutai Kartanegara Sebagai Status Sosial | Author : Lisda Sofia, Afif Husniyatur Rosyida, Nikmatul Hidayati Sholikhatin, Novia Satya Ariyanti, Muhliansyah Muhliansyah | Abstract | Full Text | Abstract :Gelar bangsawan adalah penanda darah atau keturunan dengan istana sebagai bentuk penghargaan yang diberikan agar memiliki gelar bangsawan, individu harus merupakan keturunan atau orang biasa yang diberi gelar oleh Sultan. Gelar yang dipegang oleh individu dapat membentuk status sosial mereka dalam ke-hidupan masyarakat. Dimana status sosial ini dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku dan berperilaku di zaman modern sekarang ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah gelar bangsawan Kesultanan Kutai Kartanegara dapat membentuk status sosial dan penghargaan dalam masyarakat modern. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif tipe fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah orang yang memiliki gelar bangsawan Kesultanan Kutai Kartanegara dengan jumlah subjek empat orang, yang memiliki gelar Aji Pangeran, Aji Raden, Aji Bambang dan Aji. Data yang terkumpul dianalisis melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derajat kebangsawanan yang dimiliki memiliki pengaruh dalam status sosial seperti penghargaan, kehormatan, kebanggaan, dan pengabdian. Namun di zaman modern sekarang ini para pemilik gelar mulai dipengaruhi oleh apresiasi terhadap gelar dalam hal substansi budaya, cara berpikir dan nilai-nilai sosial tidak lagi menjunjung tinggi kearifan bu-daya yang ada seperti sebelumnya |
| Kwangkai: Menguak Makna Ritual Puncak Adat Kematian Suku Dayak Benuaq Kalimantan Timur Ditinjau Dalam Perspektif Psikologi Tindakan Beralasan | Author : Muhammad Ali Adriansyah, Zunea Farizka Azyzah Harro Uasni, Gigih Permadi Pulunggono, Rani Gemelly Uswatun Hasannah, Nurlita Adha Apriliani | Abstract | Full Text | Abstract :Kwangkai merupakan suatu proses pelaksanaan kegiatan adat kematian suku Dayak Benuaq yang memindahkan tulang-belulang dari pemakaman bekas dan dibawa ke rumah adat untuk bersama-sama di-adakan sebuah kegiatan ritual. Adapun tujuan penelitian yaitu untuk menemukan dan menemukan makna terkait upacara Kwangkai yang didasarkan pada teori psikologi tindakan beralasan. Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang mana metode ini untuk mengembangkan teori, mengetahui makna tersembunyi yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik serta bersifat ilmiah. Teknik analisa data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan pengungkit data. Dalam penelitian ini terdiri dari 4 subjek dan 6 informan yang turut serta berpartisipasi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ritual puncak adat Kwangkai sebagai suatu upacara kematian yang berkaitan dengan teori tindakan yang beralasan dimana intensitas atau niat sebagai alasan esensial suku Dayak Benuaq untuk mengadakan kegiatan tersebut yang didasari oleh keyakinan untuk membalas jasa, mewujudkan kasih dan sebagai bentuk pengorbanan terhadap para leluhur atau keluarga yang telah meninggal dunia, yang tertanam dalam sikap untuk menghargai dan menghormati mereka dan diwujudkan dalam perilaku untuk melanjutkan tahap awal hingga akhir ritual atau upacara adat Kwangkai tersebut.
|
| Filosofi Sarung Tenun Samarinda Sebagai Simbol dan Identitas Ibu Kota Kalimantan Timur | Author : Rina Rifayanti, Gledis Kristina, Sri Roman Doni, Rulis Setiani, Three Putri Welha | Abstract | Full Text | Abstract :Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah sejenis kain tenun tradisional yang dapat diperoleh di kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun menggunakan alat tenun (ATBM disebut gedokan). Perangko tenun Samarinda menjadi ikon atau simbol karena Tenun Sarung memiliki ciri khas tersendiri. Sarung Tenun Samarinda juga telah menjadi identitas menurut pemilihan dan pemungutan suara oleh pemerintah dan ditetapkan pada tahun 2013, kemudian diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan membentuk karya budaya Sarong Tenun Samarinda sebagai objek warisan budaya Indonesia dari Kalimantan Timur Provinsi 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui filosofi sarung Tenun Samarinda sebagai simbol dan identitas ibu kota Kalimantan Timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologis adalah semua tentang sifat sikap sampai fondasi tertentu ditemukan. Subjek penelitian ini adalah Kantor Pemerintah Kota Samarinda yang terkait dengan Sarung Tenun Samarinda dan pengrajin sarung tenun Samarinda. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelengkapan data, reduksi data, penyajian data serta pengambilan keputusan dan verifikasip.
|
| Mamidarai Sebagai Kepercayaan Dalam Penyembuhan Penyakit Keteguran Makhluk Halus | Author : Hairani Lubis, Rena Khairunniza, Ita Dewi Kurnia Syam, Nabila Zathira Diba, Muhammad Renaldy | Abstract | Full Text | Abstract :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab serta alasan pada seseorang yang percaya pada mamidarai sebagai pengobatan ditegur oleh makhluk halus. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek penelitian sebanyak 10 orang yang terdiri dari 5 subjek utama, dan 5 orang informan. Metode analisis data yang digunakan mengacu kepada analisis model interaktif dari Miles & Huberman yang terdiri dari tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kepercayaan yang penuh terhadap mamidarai sebagai penyembuhan ditegur oleh makhluk halus. Kepercayaan tersebut meliputi animisme, dinamisme, dan monoteisme. Meskipun zaman telah modern, masyarakat akan tetap konsisten untuk melestarikan mamidarai sebagai penyembuhan ditegur makhluk halus.
|
| I Positive Untuk Mengurangi Inferiority Feeling | Author : Rini Fitriani, Rima Nur Hidayati, Irwina Dyah Apriani, Muhammad Zulkifli | Abstract | Full Text | Abstract :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat inferiority feeling pada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Psikologi Universitas Mulawarman setelah mengikuti I Positive. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala inferiority feeling yang diadaptasi dari The Feeling of Inadequacy Scale yang dikembangkan oleh Fleming dan Courtney pada tahun 1984 yang terdiri dari 33 item. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki tingkat inferiority feeling yang tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Psikologi Universitas Mulawarman sejumlah 30 orang mahasiswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 21.0 for windows. Hasil penelitian menunjukan ada penurunan tingkat perasaan rendah diri pada subjek setelah mengikuti I Positif dengan nilai z = -3.408 dan Asymp. Tanda tangan. (2-tailed) = 0,001 (Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 Hal tersebut menunjukan I Positif berhasil menurunkan tingkat inferiority feeling pada subjek. |
| Bibliotherapy: Self Help Book Foto Peningkatan Self Concept Pada Korban Sexual Harassment | Author : Dian Dwi Nur Rahmah, Sita Iriyanti, Layily Maghfiroh, Nelly Agustina Boru Harahap | Abstract | Full Text | Abstract :Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan konsep diri pada korban pelecehan seksual dengan pemberian biblioterapi. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pendekatan ek-sperimen. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian skala TSCS (Tennes-see Self Concept Scale) yang dikembangkan oleh William H. Fitts pada tahun 1965 yang telah dikembangkan oleh Sri Rahayu Partosuwindo yang terdiri dari 100 item dan peneliti menjadi 30 item. Sampel penelitian adalah 30 orang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Mulawarman. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yaitu Sign-Wilcoxon test dengan menggunakan program bantuan SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 20.0 for windows. Hasil penelitian menunjukan ada peningkatan konsep diri pada subjek penelitian setelah diberikan bibliother-apy dengan nilai z = 3,410 dan p= 0,001 (p<0,05). Tidak ada peningkatan konsep diri pada korban pelecehan seksual yang tidak diberikan biblioterapi dengan nilai z = 0.881 dan p = 0,378 (p > 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen yang diberikan treatment berupa bibliotherapy dapat meningkatkan konsep diri dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan bibliotherapy. |
| Eksistensi Lamin Adat Pemung Tawai Sebagai Identitas Sosial Masyarakat Dayak Kenyah | Author : Elda Trialisa Putri, Tegar Aulia Ramadhan, Syazira Nira Sandya, Diani Melisa Nur Fazriyah, Putri Shamira Maharani | Abstract | Full Text | Abstract :Rumah adat merupakan bangunan yang memiliki ciri khas tersendiri, pada umumnya digunakan sebagai tempat hunian oleh masyarakat suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat merupakan salah satu representasi budaya yang paling tinggi dalam sebuah komunitas suku/masyarakat. Rumah Lamin Adat Pemung Tawai yang terletak di Desa Pampang, hadir sebagai simbol kebudayaan dan simbol persatuan Masyarakat Dayak Kenyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi Lamin Adat Pemung Tawai sebagai iden-titas sosial Dayak Kenyah yang diarahkan pada pengetahuan mengenai usaha yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Kenyah dalam membangun dan mengembangkan pengelolaan lamin adat pemung tawai sebagai identitas sosial Masyarakat Dayak Kenyah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek penelitian sebanyak 9 orang yang terdiri dari 3 orang subjek utama, dan 6 orang informan. Metode analisis data yang digunakan mengacu pada model analisis data interaktif dari Miles & Huberman yang terdiri dari 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan kes-impulan atau pengungkit. Hasil penelitian menunjukkan Lamin Adat Pemung Tawai merupakan rumah panjang sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Dayak Kenyah sekaligus dimaknai sebagai wujud persatuan dan kesatuan. Metode analisis data yang digunakan mengacu pada model analisis data interaktif dari Miles & Huberman yang terdiri dari 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan kes-impulan atau pengungkit. Hasil penelitian menunjukkan Lamin Adat Pemung Tawai merupakan rumah panjang sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Dayak Kenyah sekaligus dimaknai sebagai wujud persatuan dan kesatuan. Metode analisis data yang digunakan mengacu pada model analisis data interaktif dari Miles & Huberman yang terdiri dari 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan kes-impulan atau pengungkit. Hasil penelitian menunjukkan Lamin Adat Pemung Tawai merupakan rumah panjang sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Dayak Kenyah sekaligus dimaknai sebagai wujud persatuan dan kesatuan. |
|
|